Blog Komunitas Maya

 

Krida Komunitas Maya Wong Solo

Jika Anda aktif bersosialisasi di dunia maya, khususnya di Twitter, Anda akan menemukan banyak akun komunitas maya (virtual communities) yang mengasosiasikan dengan  banyak hal terkait Kota Solo. Anda  bisa menemukan komunitas maya yang berdasarkan kepentingan kesenangan (hobi), olahraga, gaya hidup, gaya busana, wisata sejarah, kuliner, hingga kepentingan yang sifatnya nyleneh atau ekstrem.

Di dunia maya yang tengah menggejala sebagai tren global ini–terserah apa kepentingan Anda–Anda bisa mendapatkan teman atau membuat kelompok pertemanan (komunitas) berdasarkan kepentingan yang ingin Anda bangun. Tentu kecuali hal yang melanggar Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Di jagat Twitter yang terkait wong Solo, Anda akan bertemu dengan akun-akun seperti @tentangSolo, @obrolanSolo, @agendaSolo, @tongkronganSolo, @blusukanSolo, @soloUpdate, @timlo.net, @solopos.com, dan lain-lain. Rata-rata akun Twitter tersebut juga membangun link ke blog, website, dan akun Facebook.

Ketika Anda mendapat informasi atau kicauan (twit) dalam akun tersebut,  Anda bisa langsung melihat informasi lengkapnya di website yang terhubung, tinggal klik! Selain informasi, Anda bisa ikut serta aktif dan mengambil peran dalam interaksi tanpa terhubung secara fisik.

Kehadiran komunitas-komunitas maya (virtual communities) merupakan salah satu fenomena perubahan sosial yang dipengaruhi perkembangan teknologi Internet. Ruang yang tercipta oleh jaringan Internet ini lebih dikenal sebagai media sosial dan kini telah menjadi alternatif ruang publik (public space) bagi manusia sebagai makhluk sosial.

Briggs dan Burke (2006; 293) mencatat perubahan sosial ini sebagai kelanjutan dari revolusi sosial yang terjadi akibat penemuan mesin cetak yang menghasilkan penerbitan buku dan media cetak (koran), serta penemuan radio dan televisi pada masa lalu yang telah menciptakan perubahan besar dalam berbagai bidang.
Menurut Van Dick (1993), komunitas maya adalah perkumpulan orang yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, tapi mereka masih merasakan dan menyediakan kepentingan umum (common interest) sebagaimana komunitas dalam realitas sosial, budaya, dan jiwa, mulai hal yang umum hingga ke aktivitas dan interes yang spesifik.
Komunitas ini terbentuk oleh komunikasi dengan mediator komputer (computer mediated communication) dan interaksi dengan mediator manusia (human mediated interaction). Sementara Howard Reingold (1993) melihat keberadaan komunitas maya ini lebih luas menjangkau setiap hal yang terkait dengan aktivitas di Internet (cyber space).

Ia menyebut komunitas maya ini sebagai kumpulan orang yang mungkin atau tidak mungkin saling bertemu muka, bertukar kata dan ide melalui media layar dan jaringan komputer. Dalam ruang maya ini mereka berbincang, berargumen, dan terlibat dalam wacana intelektual.

Di ruang maya mereka juga berdagang, bertukar pengetahuan, berbagi dukungan emosi, membuat rencana-rencana, bergosip, bahkan jatuh cinta, menemukan teman atau kehilangan teman, melakukan permainan (games) atau membuat permainan, membuat karya seni tinggi, dan berbicara banyak hal.

Mereka melakukan apa yang orang biasa lakukan saat berkumpul bersama tapi melakukannya melalui layar monitor komputer sementara tubuh mereka tidak bersinggungan secara fisik. Sejauh observasi saya, akun Twitter @tentangSolo merupakan yang paling banyak pengikutnya (follower), mencapai 64.964 akun (saat diakses pada 25 november 2013,  dan bisa bertambah atau berkurang setiap saat).

Disusul kemudian akun @tongkronganSolo dengan anggota sebanyak 29.088 akun, @soloUpdate diikuti 26.646 akun, kemudian @agendaSolo diikuti 17.288 pengikut. Akun lainnya yang mencapai jumlah pengikut cukup banyak adalah @InfoTimlo yang diikuti 8.576 akun, @hubkominfoSolo diikuti 5.874 akun, dan @obrolanSolo diikuti 4.834  akun.

Banyak akun lain terkait komunitas wong Solo yang pengikutnya di atas 3.000 akun. Komunitas maya ini menjadi salah satu target pasar yang potensial. Hampir setiap akun di atas memberi peluang bagi produk, event, atau perusahaan menggelar promosi, menarik konsumen, dan membuatnya sebagai agen pemasaran. Praktisi pemasaran menyebut strategi media sosial ini sebagai viral marketing yang tengah berkembang pesat.

Selain toko online, banyak produk kuliner, warung, toko, pasar mobil, spare parts, kafe, hingga angkringan, dan warung hik yang telah membangun komunitas maya di Solo. Dalam konteks demokratisasi, komunitas maya dapat menjadi ruang ekspresi politik partisipatif.

Suatu waktu terjadi diskusi di akun @obrolanSolo, @tentangSolo, dan ditautkan dengan @hubkominfoSolo tentang arah pengembangan tata kota dan transportasi. Keluhan dan saran seputar transportasi ini didiskusikan secara terbuka. Perkara hasil diskusi di dunia maya ini berdampak pada pengambilan keputusan adalah persoalan lain yang mesti diverifikasi.

Warga bisa mengkritik atau memberi masukan bahkan mengawasi sebuah kebijakan yang tengah dijalankan pemerintah. Kita juga melihat bagaimana politikus menggunakan media sosial sebagai arena mencari simpati, dukungan, dan menebarkan pesona serta citra di samping janji-janji sebagai calon anggota legislatif.

Pada pemilihan gubernur Jawa Tengah beberapa waktu lalu, akun @ganjarpranowo merupakan akun yang cukup aktif di media sosial. Beberapa politikus menggarap secara serius kampanye melalui media sosial ini yang relatif lebih murah dan bisa berdampak pada peningkatan keterpilihan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun telah membuat akun di Twitter, @SBYudhoyono. Tak tanggung-tanggung, ia sempat menggunakan akunnya sebagai alat diplomasi terkait aksi penyadapan oleh aparat intelijen Australia.

Comments :

0 komentar to “Krida Komunitas Maya Wong Solo”

Posting Komentar